Saturday, July 23, 2016

Kerajaan LINGGA

Membahas tentang kerajaan Lingga.
Sebelum kita masuk, kita bertanya sejenak tentang perkataan “Lingga” . Apakah itu....?
  • Lingga itu berasal dari kerajaan Kalingga (kholing), India selatan.
  • Lingga dalam istilah istilah bahasa India waktu itu yang berarti “ patung batu” . India Kalingga kala itu membuat patung-patung Dewa (shiwalingga) dari batu karena mereka adalah penganut Agama Hindu.
  • Lingga/Khalingga (Kholing) ini kerap sekali berdampingan dengan Purwa (dibaca -purba) dari ras India Tamil. Karena Lingga ini ahli di bidang Ilmu tatanegara dan ketentaraan, sementa Purwa ini ahli dibidang perniagaan barang-barang antik (kuno) dan Rempah-rempah.
  • Lingga / Kalingga (Kholing) = Langge atau Linge dalam bahasa suku Gayor – Aceh.
  • Lingga berikut para leluhurnya sangat mengagumi Gajah Putih karena Gajah Putih ini dibuat menjadi tunggangan Raja sebagai lambang kewibawaan dan keagungan.
  • Lingga juga senang memelihara Kuda putih dan Harimau Putih (Babiat) karena mempuyai kesantian khusus.
LINGGA itu sebenarnya berasal dari Hindia Belakang yang disebut Kampung Kalingga yang kemudian berkembang menjadi kerajaan Kalingga. Kemudian menjelang abad I Masehi higga abad II masehi para pedagang dari kerajaan ini sering berlayar mengarungi Samudra Hindia dan berlabuh dipantai barat Sumatra yakni Singkuang dan Barus ( wilayah kerajaan Batak Tua) yangmana kala itu dikenal dengan pulau” Andalas”. Dan sebahagian ada yang berlabuh dipantai Sumatra bagian Utara ( Wilayah kerajaan Pedir-Aceh), wilayah kerajaan Sumatra Timur (daerah pangkalan Brandan) berikut pantai-pantai yang lain di pesisir Sumatra, begitu juga sampai kepantai pantai Nusantara yang lain seperti Pulau jawa dan Kalimantan.

Kala itu orang-orang yang termasuk dalam ras suku Kalingga ini memegang peranan pentig dalam perkembanagan dan kemajuan kerajaan Batak .Karena Mempunyai keahlian dibiadang ilmu Ketatanegaraan, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Kesehatan( Kethabiban). Pada masa kejayaan kerajaan Batak Tua ( Abad ke-5 sampai Ke-10) banyak sekali permintaan dari pedagang asing berupa kapur barus, Lada dan Repah-Rempah. Oleh sebab itu rakyat dari kerajaan Batak tua pergi mencari bahan-bahan yang dibutuhkan kedaerah-daerah lain seperti kedaerah Tanah Pakpak sampai kedaerah Aceh bagian timur yang dihuni oleh suku Gayor begitu juga sampai kewilayah kerajan Pedir yang bermukim di Aceh bagian timur ataupun dipesisir pantai Sumatra Utara. Kala itu kerajaan Pedir dipimpin oleh Raja yang berasal dari India Tamil yang Menganut Agama Budha dan Hindu.

Karena seringnya orang-orang dari kerjaan Batak ini berhubungan dagang dengan orang suku Gayor untuk mengumpulkan getah kamfer dan rempah-rempah akhirnya terjadilah hubungan yang erat. Keeratan hubungan ini dimulai sejak Krajaan Batak tua- kerajaan Barus- Kerjaan Pea Langge.
Sehingga pada saat jatuhnya kerajaan Pea Langge yang dipimpin oleh Raja Uti IV (Raja Malim) maka:
"Sebahagian / Sekelompok dari rakyat kerajaan Pea Langge pergi menyigkir kearah utara yang melewati sungai (Aek Ranuan) dan menjadikan jurang-jurang dari Sungai Ranuan itu menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh. Lalu mereka mendirikan Perkampungan disana yang di sebut “Lingga Raja” dan di perkampungan inilah yang berkembang menjadi “kerajaan Lingga” yang dipimpin oleh Sri Raja Lingga atau yang dikenal dengan nama SiTunggul Raja (Abad ke-13) dan bertahan tanpa ganguan dari suku-suku lain. Kerajaan LINGGA ini sangat diagungkan rakyatnya kala itu karena di pimpin oleh raja yang tegas, adil, jujur dan bijaksana sehingga di kepemimpinan Raja-Raja yang berikutnya dijuluki dengan istilah “SIRAJA OLOAN” yang berarti raja yang harus dituruti perintahnya. Keturunan dari Siraja Oloan ini ada yang bermukim di daerah Toba sekarang".

Yang menjadi pertayaan, Mengapa Lingga itu menyebar sampai ke berbagai daerah ?
Kala itu (abad ke-14) ditengah-tengah ketenangan kerajaan Lingga tanpa ganguan dari suku-suku lain. Raja Lingga sedang sakit dan tak menentu hati dan fikirannya, lalu ditanyakanlah masalah penyakitnya itu kepada thabib kerajaan ( Guru Sibaso) dan paranormal (ahli perbintangan). Lalu para thabib kerajaan mendapatkan jawabannya bahwa, Raja akan sembuh apabila anak laki-lakinya yang paling bungsu ( Siappudan)disuruh pergi menjauh darinya.”Bagaikan kisah Dewa Rama kala itu”, Akhirnya dengan rasa berat hati dilaksakanlah ritual khusus dan dalam kesefakatan, putranya yang paling bunsgu itupun di suruh pergi meniggalkan desa dan keluarganya yang tercinta demi kesembuhan sang Ayah.Sibugsu ini pergi mengembara kedaerah Tanah Karo (Garo) dan Dia menjadi penggembala disana. Dalam beberapa waktu ternyata Raja pun sembuh dari sakit yang dialaminya.

Lalu Raja Lingga menyuruh putranya yang sulung agar pergi mencari dan mengajak agar Sibungsu kebali ke kampumg halaman karena sebenarnya Sang Raja sangat menyayangi Si bungsu. Dalam pengembaraanya teryata Putra Sulungnya itu bertemu dengan Sibungsu, lalu diajak untuk pulang tapi Sibungsu menolak karena dia merasa sakit hati sebenarnya dalam peristiwa itu. Lalu pulanglah Putra sulungnya dan mengatakan kepada raja tentang hal itu.

Kembali sang Raja menyuruh Putranya yang ke-2 untuk menemui dan membujuk Sibungsu agar mau pulang ke kampung. Saat keberangkatannya,Raja Lingga dengan putranya yang ke-2 membuat perjanjian: “ kalau engakau tidak berhasil membawa sibungsu, enkaupun tak uasah pulang”. Setelah ketemu ternyata sibungsupun tidak mau pualng ke kampung halamanya. Lalu putra yang kedua itu juga tidak pulang dan iapun melanjudkan pengembaraanya kedaerah Aceh bagian timur yang dihuni oleh suku Gayor. Di Aceh Ia menjadi seorag Teugku , dan disana ia di sebut dengan nama Nini Teungku yang bermarga Lingga/ Linggau = Linge.

Kemudian disusul oleh putra Raja Lingga yang ke-3 yang bernama Sibayak Lingga dengan perjanjian yang sama pula. Tetapi putra yang ke-3 inipun mendapat jawaban yang sama juga dari sibungsu. Akhirnya Diapun tidak pulang tetapi pergi juga mengembara ke daerah Aceh. Di daerah Aceh Dia bertemu dengan saudaranya yang sudah menjadi seorang Teungku. Akhirnya Sibayak Lingga ini dikenal orang dengan gelar Lingga ( Linge).

Setelah beberapa waktu di Aceh- Gayor Putra dari Raja Lingga dari Tanah Pakpak yang Bergelar Nini Teungku menikah dengan putri seorang sultan di Aceh gayor pada masa pemerintahan Sultan Machudum johan berdaulat dan Sultan Mahmud Syah yang berkusa di kerajaan Perlak sehingga diapun beranak cucu disana, lalu dikemudian hari suku gayor mengagkat Dia menjadi pemipin kerajaan yang disebut kerajaan LINGGA GAYOR .

Sementara yang bergelar Sibayak Lingga ini, Kala itu dia mau menikah di tanah Aceh, tetapi karena kesaktiannya yang dibawa lahir Dia tidak dapat disunat(kebal). Akhirnya sesuai dengan peraturan Agama Islam yang sedemikian tidaklah dapat direstui untuk menikah. Akhirnya Dia tidak jadi menikah di Tanah Aceh, dan setelah sekian lama Dia kembali ke Tanah Karo untuk menemui adiknya yang bungsu. Bertepatan dengan kedatanganya ketanah Karo, disana ada seorang Raja mengadakan satu sayembara yakni,pertandingan melawan kerbau besar(Nanggalutu)karena Sang Raja tidak dikaruniai seoramg putra.Raja mengumumkan,” Barang siapa yang dapat mengalahkan kerbau Nanggalutu itu, Dia akan dinikahkan dengan putri Raja, dan akan menjadi pemimpin dikerajaanya”. Ternyata dari sekian banyak pangeran yang mengikuti sayembara, Sibayak Lingga lah yang keluar sebagai pemenangnya. Dan akhirnya dia menikah dengan Putri Raja dan dikemudian hari Dia mendirikan kerajaanya disana yang disebut demgan kerajaan Sibayak Lingga ( di Kuta Lingga sekarang, kabupaten Karo Sumatra Utara). kerajaannya inipun berdekatan dengan kerjaan ayahnya yang berkusa di Tanah Pakpak-Dairi (daerah sumbul sekarang).

Sesuai dengan cerita leluhur dan informasi yang menyebar ditengah-tengah masyarat melalui media massa dan media elektronik bahwa, Raja Lingga Gayor yang dikenal dengan nama Nini Teungku mempunyai 4 orang anak yakni:
. Empu beru (Datu Beru)
“Datu” dalam bahasa batak pakpak-dairi = Orang sakti/paranormal.
“Beru”= Putri
. Sebayak Lingga ( Ali Syah)
Mirip dengan nama saudara Ayahnya. (Sibayak = Raja kaya-raya)
. Meurah Johan (Johan Syah)
. Meurah Lingga ( Malam Syah)
konon ceritanya Raja Lingga gayor ini lebih menyayangi anaknya yang paling bungsu, sehingga membuat putra-putranya yang lebih tua pergi mengembara kedaerah lain, yakni;

. Sebayak Lingga,dikatan kala itu pergi ke Tanah Karo tetapi selanjudnya dia mengembara kedaerah kepulauan Riau lalu Dia beranak- cucu dan menjadi Sultan disana . Sultan pertama Riau Lingga bergelar, Sultan Abdul muzzam syah.(tahun 1528 – 1824 M). kemudian berubah menjadi kerajaan Riau Lingga yang berdiri pada tahun 1828 – 1911M wilayahnya mencakup kepulaun Riau ,Johor ,selangor , singapura,dan daerah lain di sumatra yang berbatasan dengan wilayah kerajaan Siak (profinsi Riau sekarang). Kerjaan Riau Lingga ini mengalami puncak kejayaanya pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman Alamsyah sekitar tahun 1857 – 1883. Sebagai bukti dari peninggalan kerajaan Lingga Riau ini adalah adanya Pulau Lingga yang didapati di kepulauan Riau, dan Sultan/ Raja yang pernah memimpin disana selalu menggunakan nama yang berakhiran “Syah” yang diprediksi bahwa Nenek Moyang mereka , berhubungan dengan kerajaan Lingga Gayor – Aceh yang selalu mengguakan akhiran nama “Syah”.
  • Meurah Johan (Johan Syah) mengembara kedaerah Aceh besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama LAMKARAK (Lam oeii ) yang kemudian dikenal dengan kerajaan Lamuri.
  • Meurah Lingga (Malam Syah) tetap tinggal di Linge Gayor (kerajaan Lingga Gayor) selanjutnya menjadi Raja Lingga Gayor turun temurun dan mempunyai 2 orang Putra :
  1.  Meurah Silu yang bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya (Syah) yang dipimpin oleh orang-orang Arab.
  2. Meurah Menge yang berkuasa di daerah Linge- Aceh Tengah dilereng Keramil Paluh. Meurah Menge sangat dihormati disana dan diakhir hayatnya Dia dimakamkan di daerah Wihni Rayang.
Nb. Raja Lingga Gayor atau yang dikenal degan gelar Nini Tengku ini, diakhir hayatnya sangRaja ini pergi mengembara dari Aceh-Gayor menuju Tanah Karo untuk menemui Sang Adik/ Sibayak Lingga. Namun sebelum sampai ke Kuta Lingga Beliau wafat GUNUNG SIBAYAK setelah menatap Kerajaan / Kuta Lingga dari gunung itu. Sesuai dengan cerita leluhur sampai sekarang jasadnya masih berada di Gunung Sibayak.

Sebuah Pertayaan lagi “Mengapa Lingga itu sampai ke tanah Simalungun?” Pada abad ke-16 M ada acara pelamaran Putri Raja, Yang mana Putri dari kerajaan Sibayak Lingga dari Tanah Karo dilamar oleh Putra Raja dari Hinalang, yang bermarga Purba-Tanah Simalungun. Sesuai dengan adat yang berlaku pada saat itu setelah selesai acara pemberkatan pernikahan lebih kurang dari satu bulan pihak Putra Raja Hinalang harus datang kembali berkunjung (manuruk-nuruk) ke rumah orang tua sang Putri. Teryata hal itu belum dilaksanakan oleh Fihak Sang Raja Hinalng. Kemudian Fihak Raja Sibayak Lingga menyampaikan pesan kepada saudaranya di kerajaan Lingga Raja di Tanah Pakpak-Dairi agar sudikiranya menjenguk Putri ke Tanah Simalungun dan menyinggung tentang adat itu. Karena pantang bagi adat Batak yang bersangkutan langsung menjenguk apalagi dalam posisinya sebagai Fihak Perempuan (Tondong dalam istilah simalungun, Kalimbubu dalam istilah Karo). Lalu Saudaranya dari kerajaan Tanah Pakpak-Dairilah yang menjenguk Sang Putri Ke Hinalang-Simalungun. Raja Lingga dari Pakpak-Dairi mengutus seorang Putranya yang bernama Tuan Mbun Lingga menuju Hinalang.
Setelah Tuan Mbun Lingga tiba di pintu gerbang kerajaan Hinalang, terjadilah pertengkaran dengan penjaga gerbang sampai kepada uji kesaktian. Akhirnya mereka mengetahui bahwa Mbun Lingga yang sakti mandraguna adalah utusan dari Sibayak Lingga untuk menjenguk sang Putri. Lalu Sang Putri mengatakan bahwa orang itu adalah saudara Ayahnya (Bapa Tua) yang datang dari Pakpak-Dairi. Setelah bertutur sapa dan berbincang selama satu malam, lalu mereka bergegas membawa rombongan menuju kerajaan Sibayak Lingga yang berada di tanah Karo. Sampai di Karo disampaikanlah adat yang dimaksudkan, Setelah Pulang dari tanah Karo, Raja Hinalang-Simalungun mengajak Tuan Mbun Lingga agar singgah dulu Ke Hinalang-Simalungun, tetapi setelah tiba di Hinalang-Simalungun, Raja menawarkan agar tinggallah di kerajaanya, dan tenyata Sang Raja Hinalang-Simalungun sudah mengatur seorang Putri yang menjadi Istri dari Tuan Mbun Lingga.

Akhirnya Tuan Mbun Lingga menikah dengan seorang Putri Boru Tondang dan tinggal di Hinalang-Simalungun. Dari hasil pernikahannya Tuan Mbun Lingga memperoleh 3 orang putra;
  1. Jomat Lingga.
  2.  Homul Ligga.
  3.  Binuh Lingga.
Dikemudian hari dari Putra-putranya inilah Lingga semakin banyak dan menyebar di Tanah Simalungun dan tetap mengguakan marga Lingga sebagai marga-marga mereka. Lalu disusul oleh saudaranya yang datang dari tanah karo (Kuta Lingga) yakni Sinulingga dan Barus,dan tetap menggunakan marga Lingga di Simalungun karena memang mereka adalah sama-sama keturunan dari kerajaan Lingga.

Friday, June 24, 2016

Kerajaan BAKKARA

Kerajaan BAKKARA

Dimana dan Darimanakah itu kerajaan Bakkara? Kerjaan Bakkara itu berada di wilayah keturunan Raja Sipakpak. Dan jika ditarik silsilahnya, Raja Sipakpak adalah putra yang ke-3 dari SoriMangaraja II yang memegang tampuk pemerintahan dikala kerajaan Barus di serang pasukan Melayu Pagaruyung dan Saudagar Islam. Lalu Raja Sipakpak dan para pengikutnya pergi meyelamatkan diri ke tanah Dairi.

Sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa (Debata) dan Para Leluhur bahwa saatnyalah kerajaan Batak kala itu dipimpin oleh sesosok figur yang gagah dan perkasa, berjiwa satria serta berbudipekerti yang luhur, sakti mandraguna, yaitu Raja Manghuntal dari Bakkara. Ditangan Manhuntal kerajaan Batak Kembali berdiri kokoh dan tak tergoyahkan oleh suku lain. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh para sejarahwan, Raja Manghuntal lahir pada tahun 1520M dan setara dengan generasi generasi ke-7 dari kerajaan Sianjur Mulamula.

Kala itu Barang-barang pusaka dari kerajaan Batak masih berada pada keturunan SiRaja Batak di Toba dan masih terikat sumpah para leluhur berbunyi,” tabu-tabu sitarapullang, ia sian dia dalanna ro, ikkon tusi muse sumuang”. Selama tujuh generasi barang-barang pusaka itu berada ditangan kerajaan Sianjur Mulamula, dan itu direstui oleh Raja Malim (Raja Utti) selaku Batara Guru kala itu.

Ketika Raja Manghuntal mengetahui bahwa keberadaan Raja Malim ada di pulau Mussung, maka berankatlah Raja Manghuntal dari Bakkara untuk mengusulkan agar Kerjaa Batak didrikan kembali dengan resmi melalui acara penobatan. Dan Raja Manhuntal menyatakan dirinya sudah siap menjadi pemimpin kerajaan Batak. Sehubungan dengan niatnya itu maka Raja Malim VII terlebih dahulu meneliti, mendidik, menguji kemampuan ,dan kesaktian Raja Manghuntal . Setelah dia mengaggap sudah layak barulah disiapkan acara penobatan kepada ahli waris yang sesuai dengan perjanjian para leluhur.

Dalam acara penobatan fihak Raja Malim menyimbolkan , atas nama Raja Uti I sampai dengan Raja Uti VII menyerahkan kembali kekuasaan atas kerajaan Batak kepada ahli waris yaitu Raja Manghuntal. Dalam acara penobatan secara simbolik diserahkanlah 7 (tujuh) macam barang pusaka yaitu:
  • Piso solam Debata (keris Batak) tanda pemegang kekuasaan kerajaan.
  • Hujur siringis, siungkap mata mual (tombak sakti pembuka mata air)
  • Tumtuman sutora malam, Tali-tali harajaon ( mahkota)
  • Ulos Sandehuliman, Siambat api (kain/ulos pemadam api permusuhan. Bahwa tidak akan ada permusuhan antara Raja Malim dengan SiRajai Jolma.
  • Lage Silintong panartaraong omas. Lapik panortoran ni Raja. (tikar permadani, alas tempat Raja Menari).
  • Tabu-tabu sitarapullang. Ia sian dia dalanna ro ikkon tusi muse dalanna sumuang. (Yang megandug sumpah/perjanjian)
  • Gajah sibontar , Pangurupian di nadokdok ( gajah putih simbol tanggungjawab).
Dalam acara penobatan RAJA MANHUNTAL disebutlah degan Gelar RAJA SISINGA MANGARAJA I ,dan setelah itu bearakhirlah masa jabatan dari RAJA MALIM /Raja Uti sebagai Raja Mangalambung, dengan demikian terwujudlah yang direncanakan oleh Mutya Raja dan SiRaja Batak tentag kelanjutan kerajaan BATAK. kerajaan Batak berdiri kembali di bawah kepemimpinan Raja Sisinga Mangaraja I.

Sesuai dengan informasi yang dapat dikumpulkan, Raja Manghuntal lahir pada tahun 1520 dan dinobatkan menjadi Raja sisingamagaraja I pada tahun 1550 dipulau Mussung Babi oleh Raja Uti VII. Setelah itu pada tahun 1555 Dia pulang ke Bakkara lalu mendirikan kerajaan Bakkara.

Berikut ini silsilah dari Dinasti/ kerajaan Bakkara;
  • Sisingamagaraja I . Raja Manghuntal
  • Sisingamagaraja II , Ompu Raja Tinaruan
  • Sisingamagaraja III, Raja Itubungna
  • Sisingamagaraja IV, Tuan SoriMangaraja
  • Sisingamagaraja V, Raja Pallongos
  • Sisingamagaraja VI, Raja Pangolbuk
  • Sisingamagaraja VII, Ompu Tuan Lumbut
  • Sisingamagaraja VIII, Ompu Sotaronggal
  • Sisingamagaraja IX, Ompu Sohalompoan
  • Sisingamagaraja X, Ompu Tuan Nabolon
  • Sisingamagaraja XI, Ompu Sohahuaon
  • Sisingamagaraja XII, Patuan Bosar/ Ompu Pulo Batu.
Kerajaan Bakkara ini bertahan hingga abad ke-19 dan sesuai dengan sejarah Nasional pada abad ke-19 Raja Sisingamagaraja XII berjuang melawan klonial Belanda untuk mempertahankan (membela= Sianambela) tanah airnya dan Ia gugur dalam dalam peperangan bersama Putrinya yang bernama Boru Lopian Nauli. Raja Sisingamagaraja XII mendapat Gelar kehomatan dari NKRI sebagai Pahlawan Nasinal.

Friday, May 27, 2016

kerajaan SIANJUR MULAMULA

kerajaan SIANJUR MULAMULA

Sebelum kita beranjak kepada kerajaan Sianjur Mulamula kita kembali sesaat mengenang dikala jatuhnya kerajaan Barus. Pada saat kerajaan Barus diserang Melayu Pagaruyung dan Saudagar Islam, perang berkecambuk , situasi genting lalu Sori MagaRaja II (nenek Siraja Batak) dan Sinambeuk (Ayah dari SiRaja Batak) sefakat dengan Mutya Raja ( Paman dari Si Raja Batak) agar menyuruh SiRaja Batak Menyingkir( saat berumur 19 tahun) dari kerajaan Barus dan Membawa benda-benda puasaka pergi ke Pusuk Buhit sebagai tempat yang dirahasikan pamannya itu yakni Goa batu ( liang raja) tempat Samadi dari Raja Malim/Uti I di hari-hari sebelumnya.

Dengan susah payah dan perjalanan yang sanagat jauh SiRaja Batak menuju tempat yang di maksudkan oleh Mutya Raja pamannya itu dan membawa seruas bambu (tabu-tabu sitarapullang), Dia mengalami capek, lapar, dan haus hingga Ia menemukan mata air yang disebutnya ,”Aek sipaulak hosa, sipadao loja”. Lalu dia duduk beristirahat diatas batu hebol dan memandang kesekelilingnya, setelah tiba dipuncak Pusuk Buhit Dia menemukan Gua yang dimaksudkan oleh pamannya, lalau diasanalah SiRaja Batak tinggal dan Menetap.

Setelah perang usai dan situasi sudah kondusif, lalu pergilah Raja Uti I yang ditemani oleh putrinya menemui Siraja Batak ke Pusuk Buhit. Selama dua malam Raja Uti I beristirahat dan membicarakan bahwa walaupun kerajaan sudah hancur, kerajaan Batak harus tetap didirikan kembali yang mana peran dan tanggungjawab itu berada dipundak SiRaja Batak. Namun SiRaja Batak belum siap, lalu pergilah Raja Malim/ Raja Uti I (Mutya Raja) kembali ke Pea Langge dan memimpin aktifitas kerajaan itu di daerah Salak.
  1. Sesui dengan cerita para leluhur bahwa, Orang yang pertama sekali menaiki Puncak Pusuk Buhit menyatakan: Saat dia menoleh kearah pulau Samosir keadaan disana masih sunyi dan tidak ada tanda aktifitas kehidupan Manusia. Kemudia dia menoleh ke arah Tanah Pakpak, Ia melihat sudah banyak asap api dikarenakan oleh aktfitas manusia.
  2. Sesuai dengan sejarah bahwa saat SiRaja Batak menyingkir dari kerajaan Barus, Ia membawa seruas bambu (Tabu-tabu sitara pullang)yang berisikan dua kitab yaitu:
    • Pustaka Tombaga Kholing yang berisikan ilmu kesaktian dan ketentaraan.
    • Pustaka surat Agong yang berisikan ilmu tatanegara.
  3. Dan memegang perjanjian, “Tabu-tabu sitara pullang, ia sian dia dalan na ro, Ikkon tusi muse dalanna sumuang”. (darimana datangnya harus kesitu juga kembalinya).
  4. Ada juga cerita mitos mengatakan SiRaja Batak itu “Turun dari langit dalam seruas bambu”, (madekdek sian langit, mapultak sian bulu) padahal sudah jelas bahwa SiRaja Batak itu pewaris dari kerajaan Batak (kerajaan Barus).
Kerajaan Sianjur Mulamula bertempat di Pusuk Buhit (Toba). kerajaan ini diprediksi berdiri pada abad ke-13M sekitar tahun 1395M. Mengapa? Karena SiRaja Batak saat berumur 19 tahun tiba di Pusuk Buhit pada tahun 1364M, lalu ditambah dengan 6 tahun lagi baru Ia berumur 25 tahun, dan pantas mempunyai keturunan (anak kandung) lalu ditambah 25 tahun lagi( satu generasi) SiRaja Batak pantas mempuyai cucu. Maka tahun 1364 ditambah 31 tahun = 1395.

Maka dari itu bisa diprediksi bahwa kerajaan Sianjur Mulamula didirikan SiRaja Batak pada tahun 1390an dengan menjadikan anak sebagai rakyat pertamanya dan disusul oleh cucu-cucunya sebagai generasi kedua, Lalu disusul oleh penduduk pendatang. Dari sinilah Kerjaan Sianjur Mulamula berkembang pesat dan membina sistem kekerabatan yang baik terhadap seluruh keturunannya dengan sistem patrilinil.( menarik garis keturunan dari sang ayah). kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan yang ada disekitarnya yakni kerajaan Sipakpak di Dairi, kerajaan Uti di Pea Langge- Pulau Mussung Babi demikian juga kepada ketunan SiRaja Bahar di Karo (Haru).

Dalam beberapa generasi kemudian sesui dengan anjuran Raja Malim dari pulau Mussung Babi bahwa , supaya seluruh kerajaan-kerajaan yang ada ditanah Batak menganjurkan kepada rakyat agar membuat marga-marga untuk menghindari terjadinya perang saudara dan antar kampung. Anjuran ini sangat baik diterapakan dikawasan kerajaan Sianjur Mulamula dan sebagai bukti suku Batak Toba dari Sinjur Mulamula mempunyai Buku Silsilah dengan rapi yang dumulai dari sejarah kehudupan SiRaja Batak hingga segala keturunannya.

Friday, May 20, 2016

Sejarah Kerajaan PEA LANGGE

Asal-usul dari Kerjaan Pea Langge ini adalah sisa-sisa dari kerajaan Barus yang masih setia kepada Raja Malim yang bernama Mutya Raja. Raja Malim pada masa itu bersama para pengikutnya pergi jauh menyingkir dari wilayah Barus dan menyusuri hutan belantaran hingga sampai kedaerah Salak (Sumbul salam sekarang ) setelah tiba disana, lalu mereka membuat perkampungan yang disebut dengan Pea Langge.( sekitar tahun 1360M) Kampung ini di bangun dengan bahan-bahan yang ada ditemukan di daerah Langge seperti; kayu, bambu, ijukdan rotan. Mereka tidak membangun candi-candi karena tidak begitu banyak batu-batuan ditemukan disana tapi mereka tetap membuat patung-patung, seperti patung gajah, kuda, harimau. Dan diprediksi bahwa, orang-orang batak pada saat itu belum mempunyai marga-marga sama sekali. kerajaan Pea Langge ini menbubah rute perdagangannya menjadi kearah utara yang dikuasai oleh kerajaan Pedir-Aceh (Kab. Pidie sekarang) yang menganut agama Budha dan Kedaerah kerajaan Sumatra Timur( daerah pangkalan Brandan, sawit sebrang sekarang ) yang menganut Agama Hindu, karena pelabuhan Barus sudah dikuasaai oleh Musuh.

Pea Langge dipimpin oleh Raja Malim ( Mutya Raja) atau disebut juga Siraja Uti I dan dihormati rakyatnya juga pada waktu itu sebagai Raja Mangalambung. Mangalambung dalam arti harfiahnya diasmpig sebagai Raja Malim dia juga menjabat sebagai SiRajai Jolma ditengah-tengah Rakyatnya karena belum ada Raja Baru yang terpilih. Oleh sebab itu Mutya Raja bersama dengan putrinya pergi menemui SiRaja Batak ke pusuk Buhit dan mengajurkan supaya kerajaan Batak dibentuk kembali. Setelah dua malam beristirahat di Liang Raja pusuk Buhit, maka Mutya Raja mengajak SiRaja Batak ikut dengannya ke Pea Langge untuk membentuk kembali kerajaan Batak yang Baru. Namun SiRaja Batak enggan untuk pulang dia lebih betah tinggal di Pusuk Buhit. Oleh sebab itu Mutya Raja (Raja Uti I) pulang dan berpesan bahwa masa mendatang agar dibentuk kembali kerajaan Batak. Setelah Tiba di Pea Langge, Raja Uti I mensahkan berdirinya kerajaan Pea Langge yang dipimpin oleh Raja Malim Mutya Raja (Raja Uti I/ Raja Utteh ).

Raja Utteh selalu menggunakan Utteh/ jeruk purut dalam upcara keagamaan untuk memohon berkat dari sang Dewata (Debata) yang dipadu degan air bersih dalam mangkok, daun sirih dan pedupaan kemenyan (hamijjon) dan ritual seperti ini masih di warisi orang-orang batak sampai sekarag sebagai budaya dari para Leluhur.


Kerajaan Pea Langge juga meganut sistem pemerintahan yang turun temurun (Dinasti) karena Raja Malim, Mutya Raja ( Raja Uti I) digantikan oleh Raja Malim (Raja Uti II), Raja Uti II digantikan oleh Raja Malim ( Raja Uti) III, Raja Malim III digantikan oleh Raja Malim(Raja Uti IV) dan pada masa pemerintahan Raja Malim (Raja Uti IV) ini, kerajaan Pea Langge diserang kembali oleh kerajaan Negri Fansur dari Barus dan tidak tau apa alasan , mungkin karena perbedaan kepercayaan. Karena sesuai dengan sejarah masuknya Islam ke Negri Batak adalah pada abad ke-13 (tahun 1345M). Perang ini banyak sekali memakan korban dan dalam waktu yang sangat lama.

Sesuai dengan sejarah munculnya sejata api pada abad ke-9 sampai ke-14M yang ditemukan oleh bangsa China dengan meggunakan bubuk mesiu dan dikembangkan oleh Al-Rahmah (bangsa Arab), sesuai dengan cerita para Leluhur senjata api inipun muncul pada saat terjadinya perang di wilayah kerajaan Pea Langge di kala itu, yang mana di peroleh Melayu Pagaruyung dan Saudagar Islam dari bangsa Arab dan dibantu oleh kerajaan Aceh besar. Mendegar suara ledakan dari Bubuk mesiu dan pistol yang berpeluru timah bulat ini, banyak sekali Pasukan dari Oppung Bada yang merasa ketakutan, demikian juga armada perang yang megguanakan Gajah dan kuda banyak yang lari ketakutan karena tekejut oleh ledakan mesiu. Oleh sebab itu terobrak- abriklah pasukan dari Pea Langge, hingga pada suatu waktu tersebarlah berita bahwa Oppung Bada (panglima perang) sudah gugur di medan perang. Akhirnya jatuhlah kerajaan Pea Langge dan habis dibakar oleh musuh dan yang tertinggal hanyalah puing-puing dari kerajaan itu seperti arca-arca dan patug-patug batu yang berupa gajah, kuda, dan harimau. Patung dari batu-batuan inipun masih bisa kita dapati sampai sekarang di daerah salak sebagai bukti- bukti dari peniggalan kerajaan Pea Langge..
Maka dari itu Rakyat dari kerajaan Pea Langge beranjak pergi dari daerah itu ke;
  • Raja Uti IV selaku Pemimpin kerajaan Pea Langge dan para pengikutnya pergi menyingkir ke Pulau Mussung Babi ( kecamatan pulau banyak sekarang) di tengah-tengah samudra Hindia sebelah barat Sibolga. Dan di sana kepemimpinan Raja Uti IV. V, VI, dan VII dilanjutkan. Dan mereka membuat jurang-jurang pantai menjadi tembok pertahanan dari seragan musuh.
  • Sekelompok dari pemimpin Pea Langge dari keturunan kalingga (kholing) membawa para pengikutnya pergi menyingkir kesebebelah utara yang melewati sungai (Aek Ranuan) . Disana mereka membuat perkampungan yang dinamakan kerajaan Lingga ( Lingga Raja). kerajaan Lingga menjadikan jurang-jurang dari Aek Ranuan itu menjadi tembok pertahanan dari serangan musuh. Dan existensi dari generasi berikutnya/ keturunannya berbaur dengan keturunan Siraja Bahar (Karo) kerajaan LINGGA ini diduga berdiri di akhir abad ke-13 sekitar tahun 1390M dan kerajaan ini merupakan pecahan dari Pea Langge. Peninggalan dari kerajaan Lingga ini adalah Desa Lingga Raja ( di wilayah Sumbul pegagan hilir , Sumatra utara) dan suku batak yang Bermarga Lingga sekarang.
  • Sebagian dari rakyat Pea langge ada yang menyingkir ke daerah kerajaan Sipakpak di Dairi dan menjadi rakyat disana. Dari sisnilah muncul Raja Manghuntal dari Bakkara .
  • Sebagian dari rakyat Pea Langge ada yang menyingkir kedaerah kerajaan Sianjur Mulamuala dan menjadi rakyat disana. ( Khusunya suku Batak yang dikenal dengan orang yang bermarga Gajah saat ini).
Setelah jatuhnya kerajaan Pea Langge pada saat itu, suku batak belum mempunyai marga-marga seperti pada saat ini. Dan dibelakang hari setelah jatuhnya kerajaan Pea Langge banyak sekali muncul desa-desa( huta) baru di bawah kepemimpinan raja-raja kecil didaerah tanah batak.Dan kerap sekali tejadi perkelahian/ peperangan antar desa seiring dengan berkembangnya populasi penduduk. Mereka menganggap serangan itu adalah serangan dari suku lain. Oleh sebab itu Raja Malim pada saat itu selaku penasehat kerajaan , menganjurkan supaya ada baiknya dikalangan kerajaan-kerajaan Batak dimasa mendatang agar membuat identitas/ Marga dan sistim kekerabatan mereka masing-masing yang menganut sistem menarik garis keturunan dari Ayah/Amang ( sistem patrilinil) untuk mencegah terjadinya perang saudara.

Maka di generasi berikutnya mulailah muncul marga-marga itu dan dibuat menurut ; kelahiran, nama, julukan, sejarah kehidupan ,situasi tempat kehidupan seseorang dan lain sebaginya.

Monday, May 16, 2016

Sejarah Kerajaan BARUS

Kerajaa Barus adalah generasi dari kerajaan Batak Tua yang telah hancur diserang pasukan Cola Dewa waktu itu(thn 1024-1030), makanya kerajaan Barus ini disebut juga kerajaan” Hatorusan”. Yang mana Hatorusan artinya generasi penerus, Serta Raja-Raja yang memimpinpun di Kerajan Barus inipun masih orang-orang dari kerajaan Batak Tua.

Kala itu Raja Malim dari Batak Tua Menobatkan menatunya menjadi Pemimpin ditengah-tengah Rakyat yang disebut Sirajai Jolma untuk memegang tampuk pemerintahan. Raja dari kerajaan Barus yang pertama bernama Raja Mula. kerajaan ini kembali membangun perniagaan di pelabuhan Barus dan berhasil menjalin hubungan baik keberbagai bangsa di dunia, antara lain bangsa China, India, dan Yunani. Orang-orang China dan India senangdatang dengan membawa barang dagangannya berupa barang-barang keramik seperti piring ceper yang disebut “pinggan pasu” dan ditukarkan dengan kapur barus (getah kayu kamfer), karena pada masa itu masih berdagang dengan sistem barter. Aktifitas dari rakyat kerajaan barus ini adalah mencari getah kayu kamfer ketengah- tengah hutan begitu juga dengan rempah-rempah yang mau diexport ke negri lain.

 GAMBAR: Mengambil getah kamfer sebagai mata pencaharian rakyat kerajaan Barus.


Seteleh beberapa generasi kemudian masuklah kezaman Megalitikum dan mereka mulai megenal mata uang berupa coin emas dan logam. Para pedagang dari kerajaan barus khususya orang Tamil senang mengembangkan perdagangannya sampai kepulau Madagaskar. Kala itu Madagaskar adalah menjadi pusat dan persinggahan perniagaan bangsa-bangsa dari benua Asia ke benua Afrika.

Berikut ini adalah silsilah dari kerajaan Barus yang menganut sistem Dinasti yakni:
  • Raja Mula
  • Raja Donia
  • Sori Mangaraja Batak I
  • Nasiak Dibanua
  • Sori Mangaraja Batak II .
Sudah menjadi kesefakatan bagi kerajaan Batak, bahwa yang berhak menjadi Raja adalah bagi siapa diantara putra Raja yang memperistrikan putri dari Raja Malim. Maka dari itu setiap Putra dan Putri dari Raja itu harus memanggil Paman (Tulang) kepada Raja Malim(Saudara laki-laki dari Ibu). Sehingga sampai sekarangpun suku Batak tetap hormat kepada pamannya dan mensakralkan bahwa Paman itu sebagai Tuhan yang nampak (Debata/ Dibata/ Naibata Nataridah).

Sori Mangaraja Batak II Memperistrikan Putri dari Raja Malim. Dari hasil pernikahannya Sori Mangaraja II memperoleh 5 Putra yakni:
  • Siraja Bahar
  • Sinabeuk
  • Sipakpak
  • Jonggolnitano
  • Raja Mangisori(Nagaisori)
Diantara ke-5 bersaudara Putra dari Sori Mangaja II hanya Sinabeuk yang menikahi Putri dari Raja Malim oleh sebab itu sesuai dengan peraturan dalam kerajaan, dialah yang berhak menjadi Putra Mahkota dan menjadi generasi penerus kerajaan dikemudian hari. Sinambeuk mepunyai seoang putra yang diberi nama Si Raja Batak. istri dari Raja Sinambeuk mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Mutya Raja.

Sekitar tahun tahun 1174M kerajaan Barus diserang oleh Melayu Pagaruyung dan Saudagar Islam dari Gujarat Machedonia dan tidak tahu apa sebabnya. Dalam perang ini banyak sekali memakan korban dan pasukan dari musuh mengincar pemimpin kerajaan dan beserta keluarganya agar di bunuh supaya jangan timbul dendam dikemudia hari. Perang berkecambuk begitu hebatnya yang menurunkan angkatan perang dengan pasukan berkuda, pasukan penunggang gajah, pasukan tombak, pedang dan beladiri,Karena melihat kondisi semakin parah maka Sori Mangaraja II dan Sinambeuk anaknya; memberikan mandat Kepada Raja Malim (Mutya Raja) agar megambil alih pemerintahan buat sementara dan membuat kebijaka-kebijakan untuk menyelamatkan asset kerajaan dan menyuruh agar SiRaja Batak segera melarikan diri keluar dari wilayah kerajaan Barus . Mutia Raja menyuruh SiRaja Batak agar membawa benda-benda pusaka dari kerajaan berikut surat-surat pustaka (laklak) dalam seruas bambu dan membuat sumpah “ Tabu-tabu sitara pullang, ia sian dia dalan na ro , ikkon tusi muse dalanna sumuang” setelah itu SiRaja Batak pergi ke Pusuk Buhit sesuai dengan mandat pamannya dan di sana ada sebuah Gua (liang) dan segeralah bersembunyi disana. Mengapa Mutia Raja tau disana ada sebuah Gua? Karena Gua itu adalah tempat pertapaan /semedi dari Mutia Raja di hari-hari sebelumnya.

Didalam situasi dan kondisi perang hebat karena Saudagar Islam dan Melayu Pagaruyung menyerang begitu bringasnya sehingga didalam perang ini SoriMangarajaII beserta Sinabeuk putranya itu wafat dalam perang mempertahankan kebenaran dan kedaulatan kerajaannya' maka putra-putra dari Sinambeuk yang lain diperintahkan agar pergi menyelamatkan diri keluar daerah, sehingga beberapa generasi kemudian mereka saling mengetahui bahwa;
  • SiRaja Bahar beserta pengikut setianya pergi kedaerah Garo (karo). Ditanah Garo ini SiRaja Bahar memulai hidup beserta pengikut setianya dan dikemudian hari mereka berbaur dengan suku melayu Deli beserta sukun Aceh bagian timur.
  • Raja Sinabeuk wafat dalam perang. Putra daripada Sinambeuk yang bernama SiRaja Batak saat berumur 19 tahun pergi dari kerajaan Barus ke Pusuk Buhit (toba) dan disanalah dia mendirikan kerajaan Sianjur Mula-mula( di akhir abad ke 13M)
  • Raja Sipak-pak beserta para pengikut setianya pergi kedaerah Dai Ri ( sekarag tanah Pakpak) .
  • Raja Jonggolnitano bersama pengikut setianya pergi kedaerah Aceh bagian timur dan berbaur dengan suku pribumi disana.
  • Raja Mangissori/ Nagaisori bersama para pengikutnya pergi kedaerah Singkil dan Tapak tuan di sana mereka berbaur dengan suku singkil dan Gayor.
Setelah kerajaan Barus jatuh ketangan musuh, maka Meleyu Pagaruyung dan Saudagar Islam megubah nama kerajaan Barus menjadi Negri Pansur (paccur) seiring dengan situasi daerah itu banyak ditemui air terjun. Maka dari itu setiap penduduk yang tinggal disana diwajibkan masuk Agama Islam(sekitar Tahun,1345M). Sehingga terbenamlah kebudayaan Hindu Vubru Gru ( Parmalim) disana.

Seiring dengan perubahan Zaman di Dunia ,Zaman batu muda ke zaman perak (neolitikum ke Megalitikum) dan perubahan suhu panas bumi meningkat sehingga terjadilah pencairan es/Gleitser (pleistosen) pada peralihan zaman Messezoikum ke Arkezoikum, Maka beberapa waktu kemudian terbenamlah juga Pelabuhan Barus bersama Arca-arcanya dikarenakan naiknya permukaan air laut pada zaman itu.

Saturday, April 30, 2016

Sejarah Kerajaan BATAK TUA (Batahan) Hindu

Pada awal abad ke-2M bangsa India Kholing (Kalingga) yang datang dari kerajaan Kalingga dan Tamil mulai membina sistim kemasyarakatan, falsafah dan azas kebersamaan ditengah-tengah kehidupan orang-orang Bunian. Lalu mereka mendirikan sebuah kerajaan di daerah “Batahan” yang kemudian disebut kerajaan “Batak” ( pa,ta). Daerah Batahan ini didapati di wilayah Gunungtua (Madina. Sekarang). Dulunya kerajaan Batak ini belum mempunyai marga-marga sama sekali karena terdiri dari suku bangsa-bangsa yang homogen.

Kalau ditinjau dari bahasa dan budaya, terdapat kemiripan antara bahasa India dengan bahasa Batak, al:
Sejarah Kerajaan BATAK TUA (Batahan) Hindu
Kerajaan Batak yang ada pada watu itu menganut paham dua versi, yakni faham dari India dan paham dari Bunian yang dikolaborasikan menjadi satu tujuan kebersamaan. Agama yang dianut pada waktu itu adalah agama Hindu Kuno (Hindu Vubrugru) Yang dipimpin oleh Pendeta Hindu yang disebut (Malim). Lalu Malim inilah yang menurunkan ajaran agama Hindu ditengah-tengah kehidupan rakyat kerajaan Batak pada waktu itu. Karena ajaran ini diturunkan oleh Malim maka dikemudian hari mereka menyebutkan Agama ini menjadi Agama “Parmalim”.

Sejarah Kerajaan BATAK TUA (Batahan) Hindu

Raja Malim yang pertama ditengah-tengah kerajaan Batak tua pada waktu itu adalah Raja yang bernama “ADI SRI VUBRA RAJA” yang berasal dari India Kholing yang menganut agama” Hindu Vubrugru “ (thn 204M) dan menyebarkan ajarannya di wilayah kerajaan Batak. Malim atau pendeta Hindu dari ras India Kholing dan Tamil. Pendeta ditempatkan pada posisi teratas sebagai penasehat kerajaan atau disebut sebagai “Batara Guru”. Diantara malim ini mereka memilih salah satu kesepuhan yang mereka sebut “Raja Malim” untuk memimpin dikalangan keagamaan, sementa di tengah-tengah kalangan rakyat kerajaan mereka memilih seorang raja dari kalangan pribumi dan selanjudnya mereka sebut Sirajai Jolma yang memerintah dikalangan rakyat kerajaan.

Dalam kurun waktu beberapa apa abad perkembanagan kerajaan BATAK TUA ini sangat pesat sekali mereka mampu mengolah rempah-rempah dan getah kayu kamfer dalam berbagai produk sehingga nama dan wilayah kerajaan ini terkenal ke berbagai penjuru di belahan dunia. Barus adalah bandar niaga yang strategis sehingga literatur-literatur dari berbagai bangsa menyebut-nyebut daerah Barus pada waktu itu, antara lain literatur-literatur: India, Tamil, China, Yunani, Syria, Mesir, Arab dan Armenia.

BARUS adalah bandar niaga yang harum dan terkenal dimasa-masa abad ke-2 sampai ke-10. Orang-orang asing senang datang untuk berdagang ke BARUS waktu itu, khususnya bangsa China, India , Mesir dan bangsa lain seperti Yunani.

Seperti yang diungkapkan oleh seorang penjelajah dari kerajaan Yunani (Mesir), Gubernur dari Alexadria, Claudius Ptolemeus yang senang datang berlayar ke bagian benua Asia. Claudius Ptolemeus membuat sebuah peta kuno tentang “Pelabuhan Barus” yang terletak dipulau Andalas (Sumatera).

Orang Mesir waktu itu datang berniaga ke Barus untuk memperoleh rempah-rempah dan kapur barus yang dipergunakan untuk pembalseman/pengawetan mayat (mumi). Sedang bagi orang-orang India dan China menggunakan getah kayu kamfer (hamijjon) untuk pedupaan dalam acara keagamaan selaku pemeluk Agama Hindu dan Budha.

Kerajaan Batak Tua pada waktu itu sudah megenal peradaban yang maju di bidang Ekonomi sosial dan Budaya, serta sudah memiliki perguruan tinggi di bidang Agama, ketentaraan, Tatanegara. Sesuai dengan hasil Riset dari para Sejarahwan, Ilmu Sosiologi Antropologi, dan para Arkeologi membuktikan bahwa kerajaan Batak Tua menganut ajaran Agama Hindu yang disebut Parmalim. dan mereka meniggalkan beberapa Candi diwilayah Batahan ( Madina sekarang) yakni:
Candi-candi
Candi-candi ini membuktikan bahwa kerajaan Batak pertama waktu itu pemeluk Agama Hindu dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali di masa abad ke-10. Namun sangat disayangkan sekali di tengah-tengah kemajuannya, kerajaan Batak diserang oleh kerajaan Cola dari India. Dimana pada masa itu terjadi perseteruan antara kerajaan Cola Dewa yang dipimpin oleh Raja Rajendra Cola Dewa dengan Dinasti Ming dari China. Oleh sebab itu Raja Rajendra Cola Dewa meminta kepada kerajaan Batak agar memutuskan hubungan niaganya dengan Dinasti Ming. Namun permintaan ini tidak di indahkan oleh kerajaan Batak dan akhirnya pada tahun 1024M terjadilah seranagan kerajaan Cola terhadap kerajaan Batak dan peperangan ini berlangsung selama 4 sapai 5 tahun. Perang yang dilaksanakan Cola Dewa waktu itu hanyalah untuk meghancurkan kemajuan dan sistem perdangan di wilayah Kerjaan Batak, Ini dibuktikan dengan tindakan pasukan Cola Dewa yang tidak membunuh pengetua-pengetua kerajaan Batak waktu itu. Mungkin karena mereka meyadari bahwa mereka adalah bersaudara dari daerah India.

Setelah perang usai maka Cola Dewa menarik pasukannya dari daerah Batahan (Mandailing sekarang) sebagai wilayah kerajaan Batak dan mereka beranjak dari pelabuhan Barus pulang ke Negri India. Namun diantara pasukan Cola Dewa itu ada yang enggan untuk pulang dan mereka tinggal dan berkelompok diwilayah kerajaan Batak di bagian pantai selatan, dan akhirnya mereka menamakan dirinya menjadi Batak Ancola. Berasal dari kata “ an, cola” (ejaan batak) yang artinya “itu, adalah cola”. Diprediksi orang-orang Cola ini akhirnya disebut Batak Angkola karena sudah terjadi perkawinan silang dengan suku pribumi.

Tuesday, April 26, 2016

Sejarah Batak Kuno

Kalau kita mau cerita tentang sejarah Batak, kita harus berfikir mundur sejenak kebelakang sekitar 2000 sampai 7000 tahun kebelakang. Sesuai dengan teori evolusi Darwin bahwa asal -muasal manusia itu berasal dari manusia kera yang berubah menjadi manusia. Kalau kita mengingat sejarah Nusantara, pada umumnya kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Nusantara rajanya/pemimpinya adalah orang India. Begitu juga dengan kerajaan Batak yang pernah ada.


Berdasarkan cerita rakyat dan informasi yang dikumpulkan baik hasil riset dari para sejarahwan, serta pustaka-pustaka yang menyebar melalui media cetak dan media elektronik bahwa batak pribumi itu dulunya menyebar dipesisir pantai barat sumatra dan menamakan diri mereka adalah orang Bunian(Halak Bunian). Bunian artinya bersembunyi. Lalu kita bertaya,”Mengapa mereka bersembuyi?" Di awal kedatangan suku/bangsa-bangsa asing ke daerah mereka, mereka selalu lari bersembunyi dan berondok sambil mengintai dari balik semak-semak di hutan.


Sekitar tahun 5000 SM sapai tahun 2000 SM bangsa-bangsa asing dari berbagai belahan dunia seperti; India Kalingga (Kholing), Tamil, Cina, Mesir dan Yunani sudah mulai mencium bahwa ada didapati rempah-rempah dan getah kayu kamfer (kemenyan) di sekitar pesisir pantai barat sumatra, yang dihuni oleh orang Bunian, lalu pelan-pelan bangsa asing mendekati orang Bunian dengan berbagai cara dalam waktu yang lama sekali. Setelah beberapa abad kemudian, mereka memulai membuat Bandar Niaga di wilayah pantai barat Sumatra yang disebut pelabuhan Barus. (Bau rosai yang artinya harum) .

Dulunya orang Bunian ini menggunakan getah kayu Kamfer (hamijjon dalam bahasa Batak) menjadi obat nyamuk, dan kemudian mengolahnya menjadi kapur barus. Konon ceritanya, orang Bunian ini sederet dengan keberadaan suku Gayor, Singkil, dan Alas yang dijumpai daerah Aceh. Kemudian suku Kubu, Melayu Pagaruyung yang dijumpai di daerah Minangkabau. Demikian juga dengan Melayu yang dijumpai di pesisir pantai Sumatra Utara. orang Bunian inilah yang dijadikan bangsa India menjadi rakyat dari kerajaan yang akan didirikannya dan berubah menjadi suku Batak.

NB
  • Mohon maaf kepeda Dewata, Leluhur jika ada kesalahan dalam artikel ini.
  • Mohom maaf kepada para Sejarahwan, para Arkeolog sejarah dan penulis sejarah jika ada kesalahan dan kemiripan dalam artikel ini. Tujuan penulis disini hanyalah untuk meluruskan sedikit untuk kebaikan generasi mendatang.
  • Mohon maaf jika ada kesalahtafsiran dan bahasa.